Kamis, 09 Juni 2016

Menjaga Prilaku Marah Terhadap Sekitar dan Anak

0


Assallamuallaikum,

Bismillah

Seperti yang kita ketahui bahwa marah adalah ekspresi negativ, dimana ekspresi ini adalah bentuk luapan yang ekspresif berbagai bentuk ekspresi terlontar dari rasa Marah ini, dari yang suara yang keras, gebuk gebuk meja, lempar lempar barang, bahkan sampai membunuh, 

nah mau tau kenapa sih Marah bisa begitu, yuks kita lihat dari sisi Islam dan Kisah Nabi dalam sirahnya,

1. Dipuji oleh Allah SWT
Hal ini berdasarkan dari firman Allah dalam QS. Asy-Syura [42]: 37,“Dan bagi orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf”.
Selain itu,
terdapat juga hadits:
Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia mampu untuk mewujudkannya, Allah akan menyebut dan memujinya pada hari kiamat kelak di hadapan seluruh makhluk, hingga dia diberi pilihan untuk mengambil bidadari mana saja yang ia kehendaki,” (HR. Tirmidzi 2021, Abu Dawud 4777, Ibnu Majah 4186, Ahmad 3/440).
2. Dicintai Allah SWT
Siapa yang tidak ingin dicintai Allah? Setiap manusia pasti mengharapkannya. Orang-orang yang mampu menahannya pasti mendapatkan cinta Allah SWT. Sebagaimana dalam firmannya,
“Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” (QS. Ali Imran [3]: 134).
Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah SAW juga bersabda,
Tidaklah shadaqah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambahkan sifat pemaaf kepada seorang hamba kecuali akan menjadikannya mulia, dan tidaklah seorang hamba rendah hati karena Allah melainkan Allah akan tinggikan derajatnya,” (HR. Muslim 2588, Tirmidzi 2029, Ahmad 2/235, Malik 2/1000, Darimi 1683).
3. Wasiat Rasulullah SAW
Rasulullah menasihatkan dan mewasiatkan kepada seluruh umatnya untuk mampu menahan amarah, sebagaimana dalam sebuah hadits:
Abu Hurairah RA berkata: Ada seseorang datang menemui Nabi SAW seraya berkata: “Wahai Rasulullah, berilah aku wasiat.” Maka Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu marah.” Beliau mengulanginya berkali-kali, dengan berkata: “Janganlah kamu marah,” (HR. Bukhari 6116, Ahmad 2/362).
Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan: “Orang ini datang menemui Nabi SAW untuk meminta kepada beliau wasiat yang ringkas tetapi mencakup seluruh perangai kebaikan, karena memang dia ingin menghafalnya dan khawatir bila terlalu panjang tidak dapat mencerna wasiat beliau. Nabi SAW mewasiatkannya agar tidak marah dan mengulang wasiat itu berkali-kali, semua ini menunjukkan bahwa marah itu kunci kejelekan dan menahan diri dari marah kunci seluruh kebaikan,” (Jami’ul Ulum wal Hikam 1/362).
4. Termasuk orang yang kuat
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Bukanlah orang yang kuat itu yang pandai bergulat, akan tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan jiwanya ketika marah,” (HR. Bukhari 6114, Muslim 2609).
5. Dijauhkan dari murka Allah SWT
Dari Abdullah bin Amr RA. bahwasanya dia bertanya Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, amalan apa yang dapat menjauhkan aku dari murka Allah?” Beliau menjawab: “Jangan marah!” (HR. Ahmad 2/175).
6. Masuk surga
Abu Darda’ RA berkata: Ada seseorang yang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya: “Wahai Rasulullah, tunjukilah aku sebuah amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga!” Rasulullah SAW menjawab: “Jangan marah, dan bagimu surga,” (HR. Thabrani, lihat Shahih Targhib 3/46).

Sumber 

Kisah nabi terhadap marah telah banyak yang di jelaskan dari berbagai sirah. 

yuks kita lihat lagi,
“Rasulullah selalu mengambil dan merangkul putranya, Ibrahim, lalu mengecup dan menciumnya.(H.R Muslim).
Anas bin Malik, kalau kebetulan lewat dan bertemu dengan anak-anak kecil, mengucap salam kepada mereka. Dia berkata, “Ini selalu dilakukan oleh Rasulullah.” (H.R. Bukhari)
Aisyah radiyallahu ‘anha berkata, “Sekelompok anak kecil dibawa ke hadapan Rasulullah, lalu beliau berdo’a dan menggendong anak kecil itu. Lalu anak itu pipis membasahi baju beliau. Lalu beliau minta air dan disiramkan ke bajunya.” (H.R. Bukhari) 
 beliau juga suka memberi pelajaran kepada anak kecil. Ibnu Abbas berkata, “Suatu hari aku berada di belakang Rasulullah. Lalu Rasulullah berkata, ‘Hai anak, kuajarkan kamu beberapa kalimat, jagalah Allah maka Dia akan menjagamu. Jagalah Allah maka Dia berada di depanmu. Kalau kamu minta sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan jika kamu minta tolong, minta tolonglah kepada Allah.’” (H.R. Tirmidzi)
sumber

Hadits diatas mencerminkan bahwa Nabi tidak marah terhadap sesuatu yang bersifat personnal namun marah apabila pelanggaran terhadap agamanya. 

yuks kita lihat,

Bagaimana Nabi marah, padahal ia sendiri melarang umatnya untuk marah?

Dalam riwayat Abu Hurairah misalnya, Nabi mengatakan, “Orang yang kuat tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Malik).

Dalam riwayat Abu Said al-Khudri, Rasulullah bersabda, 
“Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridlai.” (HR. Ahmad).
dan nabi pun Marah, kisah dibawah adalah kisah pada saat usamah membunuh orang yang sudah mengatakan Laa illaha illallah 

Oleh karena itu, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassallam marah saat mendengar laporan bahwa dalam medan peperangan, Usamah bin Zaid membunuh orang yang sudah mengatakan la Ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah).
Sedang Usamah membunuhnya karena menyangka orang itu melafalkan kalam tauhid hanya untuk menyelamatkan diri. Nabi menyalahkan Usamah dan berkali-kali mengatakan, “Apakah engkau membunuhnya setelah dia mengatakan la Ilaha illallah?” (HR. al-Bukhari)

Raut wajah Nabi berubah karena marah, ketika sahabat merayu agar ia tak memotong tangan seorang wanita yang mencuri. Alasan mereka, ia adalah wanita terpandang dari klan Bani Makhzum, salah satu suku besar Quraisy. 
Nabi tegaskan, “Apakah layak aku memberikan pertolongan terhadap tindakan yang melanggar aturan Allah?” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Di lain waktu, Nabi melihat seorang lelaki memakai cincin emas. Melihat pelanggaran agama itu, Rasulullah marah. Ia lantas mencabut cincin lelaki itu dan melemparkannya ke tanah. 
“Salah seorang di antara kalian dengan sengaja menceburkan diri ke jilatan api dengan menggunakannya (cincin emas, penj) di tangannya,” sabda Nabi (HR. Muslim)

Pada kejadian lain, di pasar Madinah, terjadi perselisihan antara seorang sahabat Nabi dengan pedagang Yahudi. Perselisihan itu sampai membuat si Yahudi bersumpah, 
“Demi Dzat yang telah memilih Musa di antara manusia lainnya.” Ungkapan sumpah ini membuat sahabat Nabi Muhammad itu marah. Ia menampar si Yahudi. “Kamu mengatakan ‘Demi Dzat yang telah memilih Musa di antara manusia lainnya’, sedang ada Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassallam di tengah-tengah kita?” ujarnya.

Orang Yahudi tersebut tak terima dengan perlakuan sahabat Nabi. Ia pun bergegas datang menemui Nabi Muhammad untuk melaporkan kejadian itu. Mendengar aduan itu, Nabi Muhammad marah dan mengatakan, 
Janganlah kalian saling mengunggulkan nabi yang satu dengan lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak hanya saat perintah Allah dilanggar, Nabi juga marah bila umatnya tak segera melakukan kebaikan atau menangguhkan sesuatu yang seharusnya diutamakan. Hal itu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Jarir bin Abdullah yang mengisahkan, 

“Rasulullah Shallahu ‘alaihi Wassallam berkhutbah dan mendorong kami untuk bershadaqah. Namun orang-orang lamban sekali dalam melaksanakan dorongan itu, hingga terlihat raut kemarahan di wajah Nabi.”

Bila harus marah kepada seseorang, Nabi tak langsung menegurnya di depan umum. Nabi tak ingin menjatuhkan harga diri orang yang bersalah itu. Oleh karenanya, ketika ia melihat seseorang mengarahkan padangannya ke atas dalam shalat–dan hal itu dilarang, Nabi menegur perbuatan itu dengan bahasa yang umum. Nabi tidak menyebutkan nama orang yang melakukan hal itu, untuk menjaga perasaannya. Namun Nabi berkhutbah di depan para sahabat, kemudian menyampaikan, 
Apa yang menyebabkan segolongan orang mengangkat pandangannya ke langit dalam shalatnya?” (HR. Bukhari)


Saat marah, Nabi juga tak ‘bermain tangan’ atau menyakiti fisik. Dalam kesaksian sang istri tercinta Aisyah, Nabi tak pernah sekalipun memukul wanita atau pembantu. Bahkan, ia tak pernah memukul apapun, kecuali jika sedang berjihad. (HR. Muslim)

Aisyah menambahkan, Nabi tak pernah membalas dendam pada hal yang ditujukan pada dirinya, kecuali bila kehormatan Allah yang dilanggar. Benang merah yang dapat kita simpulkan, Rasulullah itu bergaul dengan akal, bukan hanya dengan sepengetahuan, atau bahkan perasaannya belaka (baca: Antara Perasaan, Pemahaman, dan Akal)

Senarai riwayat menjelaskan, Rasulullah memang tak pernah marah saat dirinya dilecehkan.

Suatu saat, ia duduk di majelis penuh barakah, dikelilingi para sahabat. Tiba-tiba datang seorang Arab udik. Ia meminta bantuan kepada Rasul untuk membayar kewajiban denda. Setelah memberinya sejumlah harta, dengan lembut Rasul bertanya, “Apakah aku sudah berbuat baik padamu?”
“Tidak, kamu masih belum berbuat baik,” jawab pria itu. “Kamu belum berbuat baik,” tambah dia sekali lagi, seolah memancing kemarahan Nabi. Mendengar itu, amarah sahabat membuncah. Namun dengan tenang Nabi memberi isyarat agar mereka menahan diri.
Selanjutnya Nabi mengajak orang itu masuk ke rumahnya yang terletak di samping masjid. Setelah menambah pemberiannya, Nabi bertanya, “Apakah aku sudah berbuat baik padamu?”
Kini, orang itu menjawab, “Ya, semoga Allah membalasmu, keluarga, dan kerabatmu dengan kebaikan.”
Nabi kagum dengan ucapan terakhir yang menyimbolkan kerelaan itu. Tapi ia khawatir dalam hati sahabatnya masih tersisa ganjalan. Tidak menutup kemungkinan ada di antara mereka melihat orang ini di jalan atau di pasar, dalam kondisi masih menyimpan dendam. Karena itu, ia berpesan, “Dalam hati sahabatku ada sesuatu karena kejadian tadi. Jadi, jika kamu datang kembali, katakan di depan mereka ucapan seperti yang kamu katakan padaku barusan. Sehingga sahabatku tak marah lagi.”

sumber

Yuks kita pilah pilah dalam marah sehingga anak dan sekitar kita mengetahui bahwa marah itu boleh bila itu menyangkut dalam urusan agama dan Allah serta Nabi


Wallahu alam

Luqman






Rabu, 16 Desember 2015

Peranan Ayah dalam Rumah Tangga dan Anak

0

Assalamuallaikum,

Bismillah.



"Memuncak peluh dalam balutan baju yang usang, terpapar beban dalam fisik dan fikir, sungguh bebannya berat di hadapan, namun ialah makhluk yang memang tercipta untuk menahan beban yang sangat terhadap keluarga,.. Ayah"

Luqman

-----

Mungkin dulu ada yang pernah mengira bahwa peranan ayah tidak terlalu penting, itulah yang dikatakan dari psychology today, namun pada kenyataan dan adanya riset mengenai hal ini bisa dikatakan bahwa peranan ayah memang cukup penting yang di lihat dari pihak barat. 

begini ceritanya 


As recently as as the 1970s, psychologists and parenting experts had a ready answer to the question of how much fathers contributed to children's development: Not much.
Admittedly, science journalist Paul Raeburn writes in his new book, Do Fathers Matter?, researchers at the time had little data to prove the value of fathers—but that was because few had taken the time to look into it. "When we bother to look for the father's impact, we find it—always," Yale psychiatrist and fatherhood research pioneer Kyle Pruett told Raeburn. Ignoring dads, Pruett says, produced a field of research with "staggering blind spots."
Today we know better. The body of work that psychologists, biologists, sociologists, and neuroscientists have begun to produce on fatherhood is "one of the most important developments in the study of children and families," Raeburn believes, even though many findings have yet to receive wide attention.
As for his own family, Raeburn, a father of five, writes, "I'm glad to know my involvement is a good thing. But that's not why I spend time with my kids. I do it because I like it."
Following are seven discoveries about paternal influence Raeburn shares in his book, covering life from conception through adulthood:

At Conception: A Battle in the Womb
Harvard University biologist David Haig has detected that some "imprinted" genes—those that can be identified as coming from the male or female parent—compete for resources within the womb. Some paternal genes push the fetus to extract as much nourishment and energy from the mother as possible, even to the detriment of her health, while some maternal genes seek to deliver the fetus only as much as it needs. Haig's explanation is that "maternal genes have a substantial interest in the mother's well-being and survival," while "paternal genes favor greater allocation of maternal time and effort to their particular child."

In Pregnancy: The Power of Presence

During a woman's pregnancy, there would appear to be little a father could do to affect the child. A recent University of South Florida study shows that's not the case. Infants whose fathers were absent during pregnancy were more likely to be born prematurely or with lower birth weights than those whose fathers were present. Such babies were also four times more likely to die within their first year. Even in mothers, complications of pregnancy that would seem to have no connection to male involvement, including anemia and high blood pressure, were more common when fathers were absent.

At Birth: Men Deliver Relief

Old sitcoms showing fathers anxiously pacing in waiting rooms while their wives delivered their children were no exaggeration: From the 1930s, when most U.S. births had moved from the home to the hospital, until the late 1960s, when more men had successfully agitated to gain a place by their wives' bedsides, delivery was a women-and-professionals only affair, to the apparent detriment of everyone involved. As more men took their place in the maternity ward, women reported feeling less pain, and requests for pain medicationdeclined. Mothers were even less likely to cry. What's more, men present for their children's birth report being more attached to their infants and more involved in their care. Letting dads in, Raeburn writes, "pays off in ways no one anticipated."

Postpartum: An Underreported Risk

How can we gauge the importance of paternal companionship in a child's early months? In part by observing what happens when infants are deprived of it. One in 10 men experience some form of postpartum depression, Raeburn reports, limiting their ability to emotionally connect with their babies. Children of fathers with major episodes of postpartum depression appear to be eight times as likely as others to have behavior problems as they grow and 36 times as likely to have difficulty getting along with peers.

Toddlerhood: Dads as Bullyproofers

University of Oxford researchers visiting families beginning in babies' first year found that when fathers maintained a remote relationship with their infants, those children later had higher rates of aggressive behavior, no matter how their mothers had interacted with them. In a related meta-analysis of 24 studies of paternal involvement, Swedish researchers found that kids whose fathers helped care for them, played with them, and took them on outings had fewer behavioral problems in early childhood and a lower likelihood of delinquency as adolescents.

Early Childhood: Look Who Gets You Talking

In at least one aspect of childhood—acquiring language—fathers simply matter more than mothers. For example, researchers studying parental roles in language development among poor, rural children found that a father's use of vocabulary when reading to kids at six months of age predicted their expressiveness at 15 months and their use of advanced language at age three—regardless of the mother's educational level or how she spoke to the children. The hypothesis: Since mothers spend more time with children, they're more likely to use words with which kids are most familiar, while fathers, less attuned to their children's linguistic comfort zone, introduce a wider vocabulary.

The Teen Years: The Scent of a Father

For years, evolutionary biologists have puzzled over why girls with absent or departed fathers tend to reach sexual maturation earlier and have higher rates of teen pregnancy. Bruce Ellis of the University of Arizona studied families with divorced parents, and daughters who were at least five years apart, in which the older daughter would have had several more early years of "exposure" to a present father. He found that the younger sisters had their first periods about 11 months earlier than their older siblings did. Psychologist Sarah Hill of Texas Christian University told Raeburn that she believes a father's absence delivers girls a subconscious cue about "the mating system they are born into": Men will not stick around, so they need to find mates quickly. Their genes then effectively push the girls into early puberty. (This effect is more pronounced in families in which the absent fathers had not been a positive presence while in the home.) What's the source of this phenomenon? Ellis believes it could be a father's scent. In animal experiments, there is evidence that sustained exposure to a father's pheromones can slow down puberty, although that hypothesis remains largely untested in humans.


Jadi Seberapa penting peran ayah : 

In Shaa Allah Sangat Penting 

Minggu, 13 Desember 2015

Ayah,.. Berubahlah !!!

0

Assalamuallaikum, 

Bismillah


Perlahan terlihat dari kutipan ayat dibaca pelan dan penuh hikmat dalam kesendirian, mencari makna dari hidup dan keluarga yang akan di pimpin olehnya, dan tak terasa usia yang di jalani olehnya sudah mencapai sepertiga dari abad yang fana ini. namun tak kunjung lelah ia belajar dari Al Quran dan Al hadits untuk memperbaiki masa lampau yang hitam dan kini berbenah dalam visinya membentuk keluarga peradaban islam. 

-luqman alghifari hakim-
-14 12 2015-

penggalan syair dari resapan hati sang ayah memupuk keinginan yang dalam membangun peradaban keluarganya yang di mantabkan dengan merubah diri dan terus memperdalam keilmuan terutama ilmu islam.  

Ayah adalah peranan yang sangat penting di dalam keluarga, hal ini tidak dapat dipungkiri bila di lihat secara organisasi, bila dikatakan keluarga adalah sebuah sekolah maka ayah adalah kepala sekolah yang merancang dan memberikan arahan bagi para guru di sekolahnya, namun apabila peran ini hanya berfungsi dari sisi finansial bukan dari sisi arahan, kebijakan dan keputusan maka bisa dikatakan sekolah yang akan dibentuk tidak mempunyai konsep yang terarah bagi keluarga. 

Sekilas pendidikan umar bin abdul aziz :sumber 


Abdul Aziz, ayahanda Umar memilih Shalih bin Kaisan sebagai pendidik anaknya, Shalih pun mendidiknya dengan baik. Shalih mengharuskan Umar shalat lima waktu berjamaah di masjid. Suatu hari Umar tertinggal dari shalat berjamaah, maka Shalih bin Kaisan pun bertanya, “Apa yang menyibukkanmu?” Umar menjawab, “Pelayanku menyisir rambutku.” Shalih berkata, “Sedemikian besar perhatianmu terhadap menyisir rambut, sampai-sampai kamu tertinggal shalat.” Lalu Shalih menyampaikan hal itu kepada ayah Umar bin Abdul Aziz, maka ayahnya mengutus seseorang dan langsung mencukur rambutnya tanpa bertanya apa-apa lagi.

Bila kita melihat bagaimana keputusan dari sang ayah umar bin abdul aziz bagi anaknya sungguh kita lihat keputusan tersebut adalah cara tegas beliau dalam mengawal sang anak. hal inilah yang membuat kita harus memutuskan dengan cara apa kita akan membentuk seorang anak. 
catatan : umar bin abdul aziz sudah berumur lebih dari 6 (enam) tahun dalam masa pendidikan.

Namun jangan jadikan ketegasan mu dalam mengarahkan hanya membentuk jiwa anak mu kerdil, tegas tidak sama dengan marah. perlakukan anakmu sesuai usia dan tahapan perkembangan yang di ajarkan oleh nabi dan para sahabat.

Semangat perbaikan 

Luqman Alghifari Hakim

14 12 2015

Jumat, 11 Desember 2015

Tauhid dalam Genggaman Sang Anak

0

Assallamuallaikum,

Bismillah 

"Beruntai kata dalam menasihati sang buah hati, bertata dalam memperbaiki adab, mengucap doa dalam kalbu meniti kasih dalam belaian kasih sayang illahi Rabbi " 

- Luqman Alghifari Hakim -

Sebuah nasihat halus yang dilontarkan Luqman kepada sang buah hati, dalam mengingatkan jati dirinya yang menghamba kepada illah rabbi, merupakan nasihat yang terdalam memuncakkan nilai tauhid dalam diri sang buah hati. 

Gestur terdalam sang luqman bila di imaji secara cermat, menasehat bukanlah dengan gestur "saling berdiri" namun saling duduk beradu lutut dalam halaqah kecil dan mengatakan untaian kata kata yang menjernihkan sanubari dalam menghapus ketidaktauhidan dari sang buah hati,. 

Menutur sirah dari sahabat "assabiquunaawwalun" ialah bernama "Ammar bin Yassir" memperlihatkan bagaimana iman yang dipakai dalam sanubarinya , diinjak, dicela, di putus paksa, namun keteguhan sang sahabat ini memberikan untaian doa bagi sang sahabat. 

hal ini lah yang bisa di teguhkan dalam keimanan sang anak kita, Ammar bin yassir adalah salah satu sahabat yang menggenggam iman dengan sangat kencang

jadilah orang tua yang bersandar dengan penuh tauhid dan adab dalam membentuk anak dimasa depan 

Luqman
11 12 2015

Selasa, 08 Desember 2015

Anakmu Sesuai dengan Pendidikanmu Ayah

0

Assalamuallaikum,

Bismillah

Seorang anak dalam pengukuhan pengasuhan dari sebuah keluarga adalah bentuk awal dimana sang anak dapat mengenali sebuah sistem terkecil dari sebuah sistem kehidupan, hal ini lah yang kemudian kita dapati bahwa adanya proses duplikasi dari kegiatan sang orang tua dan anak.

Proses duplikasi ini bila di perhatikan dapat terukur dari masa anak usia 0 bulan bahkan sudah dapat mendengar suara, baik itu suara yang lembut atau keras. proses transisi duplikasi bisa terjadi apabila semua komponen panca indera sudah dalam kondisi yang baik, dan itu bisa dimulai dalam waktu 3/4 bulan.

hai orang tua terutama ayah, berikan sebuah peran yang sanggup bagi sebuah anak dapat menduplikasi kebaikan dari dirimu, hilangkan sebuah peran negative bila itu tidak bisa tahanlah dan serulah istighfar dalam penjajakanmu terhadap anak-mu. bila terlihat peran seorang ibu tidak dapat membuat sebuah perubahan peran ayahlah yang dapat membuat sebuah peran yang tak terlekan bagi perkembangan sang buah hati.

Ingatlah bagaimana peran sang Luqman yang tertuang dalam surat QS : Luqman : 12-18 dikisahkan dan dimuat dalam sebuah surat, sungguh apa yang dilakukan oleh Luqman merupakan contoh kasih sayang dalam menasihati sang buah hati yang sudah terlanjur berbeda dengan agama sang ayah, namun Luqman penuh kasih sayang dalam mencurahkan nasihat yang sungguh bersabar dan mengingatkan bagaimana Luqman menasihati.

berbeda dengan Luqman namun penuh ke tauhidan dalam sebuah sirah di Alquran yaitu Bapaknya para Nabi, ialah Ibrahim a.s, Bila mencrita sebuah kisah / sirah maka tak diragu bahwa kisah Nabi Ibrahim adalah kisah keyakinan atas perintah Allah.

sungguh Allah mencintai keduanya.

Semoga kita bisa memberikan warna yang jelas bagi anak kita dalam memilih sebuah peran Ayah bagi anak kita.

Wallahu alam bis Shawab

Luqman
08 12 2015

Kamis, 09 April 2015

Resume Diskusi Grup 1 HSMN (18 Februari 2015)

0


Resume Diskusi Grup 1 HSMN (18 Februari 2015)
📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

Tema : Mengoptimalkan Otak Anak untuk Hapal Al Qur anNarasumber : Bhara Widiastuti dan Utadzah Fasiha (pelaku homeschooling)



Notulen : Syarifatun Nisa NH
📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚
Prolog
Bismilahirrohmanirrohim
Terimakasih bunda2 semuanya sudah ngasih saya kesempatan belajar bersama di grup ini.
Alhamdulillah, saya bisa belajar lebih banyak di komunitas homeschooling
Diskusi sebelumnya di HS bogor saya diberi tema yg kurang lebih sama dengan tema diskusi kita sekarang.
Waktu itu saya sedikit mengulas tentang sejarah hidup imam syafii.
Saya pernah menyampaikan materi homeschooling untuk ibu2 komunitas Indonesia di Mesir, waktu itu saya mencoba memberikan alternatif pendidikan untuk anak2 komunitas indonesia di sana. Salah satu alasan saya menyampaikan materi tersebut, karena saya melihat suasana belajar anak2 di sana kurang kondusif.
Ada dua pilihan, menyekolahkan anak2 di sic ( sekolah indonesa cairo) jaraknya jurang lebih 1 jam perjalanan dari pemukiman rata2 wni di cairo dengannjemputan sekolah yang hampir selalu kelebiham muatan, jadi ada beberapa mrid yang harus menggunakan kendaraan umum dengan waku tempuh lehuh dari 1 jam, angkot (versi mesir) sambung metro yg penuh sesak, sambug angkot lagi. Pilihan kedua sekolah mesir dengan resiko beda budaya dan kebiasaan.
Saat itu saya menyampaikan alternatif homeschooling dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Saya melihat kapasitas ibu2 disna sangat memadai untuk melakukan hs untuk putra2nya. Hanya memang ada kekhawatiran masalah legalitas dsb karena ibu2 disana belum familiar dan belum faham seluk beluk hs. Intinya memang perlu edukasi dan pendampingan ya
Kembali ke materi kita hari ini ya. Saya akan sedikit mengulas sejarah hidup imam syafii.
Sebagaimana kita ketahui, di usia yang sangat dini imam syafii sudah hafidz 30 juz, dan menjadi imam masjidil harom di mekkah. Padahal imam syafii yatim sejak kecil.Saya ringkas di tulisanmya di bawah ini ya .....
Ibu2 sholihat yang dirahmati Allah.
Kita mulai dengan menyimak biografi Ibunda Imam Syafii. Imam syafii sudah yatim sejak kecil. Beliau bersama ibunya tinggal di mekkah di suatu tempat yg dikenal drngan nama Syi'bu al. Khaif.
Pada usia kurang dari 15 tahun Imam Syafii meminta izin kepada ibunya untuk pergi menimba ilmu di luar kota mekkah...
Awalnya sang ibu keberatan dengan keinginan beliau sehingga Syafii kecil memutuskan untuk memendam keinginannya belajar di luar mekkah karena tidak mendapatkan restu dari ibunda .
Meskipun demikian , karena melihat kesungguhan dan keyakinan imam syafii, sang ibu akhirnya memberikan restu kepada imam syafii untuk pergi belajar.
Dalam tulisan lain disebutkan Syafii kecil meninggalkan kota mekkah di usia 9 tahun...
Saat meninggalkan mekkah, beliau sudah hafal Al quran, dan dalam perjalanan ke madinah beliau mengkhatamkan alquran sebanyak 16 kali.
Setahun di madinah , beliau sudah berhasil mrnghafalkan kitab al muwatha' karya Imam Malik yang berisi 1.720 hadist pilihan. Banyak lagi prestasi beliau yang luar biasa sehingga pada usia 15 tahun sudah menduduki jabatan sebagai Mufti sekembalinya ke makkah setelah belajar di madinah beberapa tahun.
Menarik buat saya pribadi, melihat sejarah kehidupan Imam syafii. Saya bertanya2 : ibu seperti apa yang berhasil mendidik putranya sedemikian hebat dalam keadaan tidak memiliki suami 
Sehingga Imam syafii tumbh menjadi anak yang cerdas, mandiri, tangguh, bertanggungjawab, dan dapat dipercaya (kok mirip dasa darma pramuka ya )
Silahkan ibu2 yg sholihat kita diskusikan model pendidikan seperti apa yang di terapkan oleh ibunda Imam syafii.
Dari sejarah singkat imam syafii tersebut, bisa kta lihat peran ibu yang luar biasa. Mendampingi putranya tanpa suami. Sehingga sejak kecil imam syafii sudah dikenal sebagai anak yang cerdas dan menonjol kekimuannya. Semangat belajarnya tinggi. Cerdas, Kreatif, dan suka 'ngajarin' anak2 sebayanya lho
Di saat anak2 lain mungkin masih manja, cengeng, dan belum mandiri, imam syafii justru sebalik.ya.
Jadi memang kunci sukses imam syafii ada pada ibunya, beliau memiliki 'visi' menjadikan anaknya seorag yg berilmu dan bertaqwa. Sehingga imam syafii tumbuh menjadi sosok seperti yang kita kenal sekarang
Tanya Jawab ✅
Tanya
Setelah ibu Imam Syafii pny visi spt di atas,apa saja yg dilakukan beliau, yang bisa kita tiru?padahal saingan kita sekarang banyak, salah 1 nya adalah gadget.
Jawab ✅
Bismillahirrahmanirrohim
Beberapa hal penting yang dilakukan ibunda Imam syafii, adalah :
1. Ibunda Imam syafii senantiasa mendoakan dan memasrahkan penjagaan putranya kepada Allah.
Bahkan setelah Imam syafii besar, sudah hafidz, dan sudah dikenal banyak orang sbg orang berilmu , ibunda tap mendoakan beliau.
Salah satu doa yang dipanjatkan beliau ketika imam syafii berpamitan untui pergi keluar kota mekkah dan belajar di madinah "Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam, ankku ini akan meninggalkan aku berjalan jauh menuntut ilmu peninggalan utusan-Mu, oleh karena itu aku mohon kepada-Mu permudahlah urusannya, peliharalah keselamatannya , panjangkanlah umurnya, agar aku dapat melhatnya ketika pulang nanti , dadanya penuh dengan ilmu yang menambah kecintaannnya kepada -Mu.
Ibu2 sholihat, mari kita perhatikan redaksi doa ibunda Imam Syafii ini. Disana berpadu visi, kesungguhan, kepasrahan kepada Allah dan ketawadhuan.
Saat itu beliau telah berhasil mendidik putranya menjadi sosok yang dihormati penduduk mekkah, etapi tidak nampak kesombongan dan rasa ujub bahwa semua tu adalah buah dari perjuangan beliau mendidik putranya tampa suami. Melainkan atas pemberian dan kasih sayang Allah.
Semua keberhasilan Imam syafii merupakan pemberian dari Allah swt.
2. Salah satu kunci sukses ibunda imam syafii yang lain adalah kreatifitas. Kehidupan Imam syafii saat iu bersama ibunda, bisa dikatakan jauh dari kemewahan
Malah mereka hidup dalam kemiskinan dan kekurangan.
Meskipun demikian keadaan tersebut tidak menjadikan ibunda imam syafii minder atau terpuruk dalam kemiskinan dan menyerah pada keadaan.
Beliau rela mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, tulang belulang unuk menuliskan hadis2 dan ayat demi ayat al quran yang telah dipelajari.
Kita yg hidup di zaman gadget harus meniru metodenya nih, medianya saja yg dirubah, kalo dulu medianya tulang dan pelepah daun, skrg medianya bisa gadget yg diinstal aplikasi2 bermanfaat.
3. Ibunda Imam syafii orang yang sabar dan tangguh. Kita zaman skrg mungkin suami tugas keluar kota atau keluar negeri kelabakan gak jelas Sedangkan beliau sudah (maaf) miskin, tidak punya suami, harus mengurus anak pula
Tanya
Makasih ,sy bisa ambil benang merah dari jawaban ibu,bisa share pengalaman Bu Bhara sendiri dalam mengoptimalkan otak anak2 utk mempelajari n hafal quran?
Jawab ✅
Baik mbak....., pertanyaan jebakan nih 😁😃, anak saya belum semuanya hafal quran mbak, yang besar baru mau sertifikasi untuk mendapatkan sanad, anak saya yg kedua dah ketiga juga belum 😭. Gak cocok kalo yg dicontohkan anak2 saya....., kalo boleh saya contohkan murid di sekolah saya, sebut saja namanya raka. Jadi dari usaha saya penerbtan alquran, saya merintis sekolah tk, sd , smp yg taglinenya sekolah alquran dan sains.
Dari awal sekolah itu saya rintis Alhamdulillah belum pernah menolak murid, sesuai amanat uud 45 😃, semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Nah saat awal pendirian sekolah, ada satu murid sebut saja raka yang dilingkungannya di cap 'brrmasalah' karena 'abk' entah darimana mereka mendapatkan kesimpulan tsb.
Sejak tk, tk milik saya juga, raka sudah 'susah'. Sering nendang guru, mukul teman, ngeludahin guru dan teman, bantin meja dan kursi, buang makanan temen. Perilaku yg kurang baik ini berlanjut smpai masuk ke sd
[Sampai2 ada beberapa orangtua murid yang komplen dan mengancam akan mengeluarkan anaknya dari sekolah kami.
Saat itu, kami meyakinkan orangtua murid yang lain untuk memberikan 'waktu' buat raka.
Karena kami yakin dengaj pendidikam qurani raka akan bisa berubah.
Hanya saja kami saat itu memang menjanjikan jika sampai akhir tahun tetap tidak ada perubahan maka terpaksa kami akan mengembalikan raka ke orangtuanya.
Hari demi hari berjalan..
Setiap hari sebelum anak2 datang, guru2 sudah datang di sekolah dan memutarkan murottal dari cd seuungga ketika anak2 datang mereka langsung mendengarkan bacaan al quran. Dalam satu hari ada 4 waktu khusus mengulang hafalan dengan metode mengulang, 1. Pembukaan kelas, 2 menjelang istirahat dan sholat dzuhur, 3, sholat dzuhur 4, sebelum pulang.
Singkatnya setelah beberapa saat sering diperdengarkan bacaan alquran dah menyulang2 hafalan, pelaham tapi apsti banyak perubahan signifikan. Skrg raka sudah kelas lima dan dalam proses menghafal juz 28. Walaupun lebih lambat dari teman2nya
Tapi untuk seorang raka yang hasil psikotes awal below border line itu sangat luar biasa. Dan itu hasil belajar di sekolaH.
Karena orantuanya tipe ortu yanh cuek : bayar sekolah sering nunggak dan krang faham kebutuhan anak.
Saat awal2 masuk sekolah raka sudah pegang tab Dan pintar memainkan game2. Alhamdulillah skrg sudah jauh berkurang Garis bawahnya.
Perubahan raka yg signifikan karena pengaruh pendidikan di sekolah yang notabene orang asing dan doanya tidak semustajab ibu kandung. Apalagi jika kita sebagai ibu kandug melakukan apa yg dilakukan guru2 raka di sekolah hasilnya pasti lebih dari pencapaian raka.
Kebahagiaan kta sebgi orngtuapun pasti lebih besr karen yang kta didik adalah anak2 kandung kita sendiri yang akan mendoakn dan menjadi menjadi saksi di akhirat nanti
Tanya❓
Bu bagaimana kita mendidik anak kita hafal alquran tanpa mengurangi hak bermain anak anak, karena shalatpun mulai di perintah Allah dikenalkan sejak usia 7 th dan jadi wajib menginjak usia 10 th, dan bagaimana jika si anak terlihat ogah ogahan menghafal ?
Karena ada beberapa pendapat bahwa anak adalah fitrah, tak usah di rangsang atau distimulus apapun karena semua sudah wellinstaled hanya perlu imaji positif dan keteladanan orang tua, tak selamanya lebih cepat lebih baik,
Sedangkan pendapat yang lain anak anak harus dibiasakan berfikir dan sditimulasi sejak dini agar sel sel syarafnya tersambung sempurna, distimulasi lewat permainan mengedukasi dan lain lain, bagaimana pendapat ibu?
Jawab ✅
Baik mbak ratna saya coba sharing pengalaman ibu2 lain yang sudah berhasil mendidik anak saya belajar dari ibu2 tersebut bebberapa hal :
1. Konsistensi, karena anak usia dini menyukai keteraturan, artinya kta sbg orang dewasa yg harus mendidik diri kita lebih dahulu.
2. Metode yang dipilih tidak memaksa, tidak mengitimidasi apalagi sampai membuat anak tertekan. Target kita apa? Anak kita hafal alqurankah atau anak kita hafal dan mengamalkan alquran?
Dari situ bisa kita breakdown, kalo hanya sekedar membuat anak kita hafal alquran, kemungkinan besar itu akan membuat kita berorientasi pada hasil dan bukan pada prosesnya.
Sebaliknya jika kita berorientasi proses, berapapun capaian kita dan anak kita dan menghadirkan alquran itu tidak menjadi masalah sehingga kita lebih 'ramah' kepada anak ketika menjalankan 'program ini'.
Kalau target saya anak saya hafal al quran karena kecintaanya kepada Allah bu, penginnya tanpa paksaan meski secara halus, kalo menurut ustafz abdul aziz abd rauf al hafidz, salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan anak kta dalam mengahfl alquran adalah teladan dari orangtuanya 😭
Wallahu a'lam bishshowwab
☀ Kesimpulan ☀
Ini benang merah dari sukses imam syafii di atas, ibunda menjadi contoh yang nyata kecintaan terhadap alquran dan ilmu pengetahuan menjadikan Imam syafii sosok yang mecintai alquran dan ilmu pengetahuan.
💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠
Diskusi sesi 2 bersama Ustadzah Fasiha.
💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠
Prolog
Assalamualaikum ibu2 semua
Senang bisa berdiskusi di sini..
Berbicara tentang menghafalkan AlQuran untuk anak, saya selalu terinspirasi dari seorang bapak warga negara Mesir yang bernama Kamil Labudi.
Ketiga orang anaknya mengkhatamkan hafalan alQurannya di usia 4,5 tahun,masyaAllah, luar biasa ya. Anak pertamanya bernama Tabarak, yg kedua Yazid, dan yang ketiga zeina.
Ketiga anak ini mengkhatamkan hafalannya di rumah bersama ibu dan bapaknya secara bergantian.
Saya sempat beberapa kali bertemu dengan keluarga ini, dan akhirnya saya mengambil kesimpulan, bahwa untuk menjadikan dan melatih anak menghafal alQuran, perlu kerja keras dari orang tua. Ada 3 hal yang pak Kamil lakukan sebelum memulai proses menghafal dengan anak2nya;
1.mengikhlaskan niat karena Allah.serta berdoa dengan sungguh2 mohon bimbingan dari Allah.
2. Menetapkan jadwal rutin setiap hari. Jam berapa hingga jam berapa, sehingga anak sudah tau, kalau waktu tsb tiba, ia harus siap untuk alQuran. Jadi tidak bisa kalau waktu yg sesuka hati.anak mulai diajarkan disiplin dengan alQuran.
3. Menyediakan hadiah sederhana, setiap kali anak selesai duduk menghabiskan timing menghafalnya.
💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠
Tanya❓
Adakah ide untuk memberikan hafalan bagi anak 2,10tahun kinestetik?
saya selama ini hanya mengulang2. ngoceh2 sendiri ulang 3-4 hari isinya satu surat aja.
kalau dr versi mainan kira2 bisa ngapain aja ya yg terkait dg hafalan?
mati gaya soalnya saya bu, anak terlalu lincah 🙈
Jawab ✅
Waalaikumsalam. Usia 2 tahunan memang menggunakan metode mendengar dan sdkit mengulang ya mom.
Selain dengan mengulang2 menggunakan lisan, kita juga bisa dengan memutarkan murottal kpd anak2 di rumah.agar telinga mereka terbiasa mendengar terlebih dahulu,agar bahasa alQuran tdk sulit mereka lafalkan.
Tapi harus dengan cara yang teratur,misalkan hari pertama putarkan surat annas berulang2,besoknya lanjut alfalaq,dst.ini diluar bacaan rutin orangtua,.selain kita membacakan untuk anak di waktu tertentu, putarkan juga murottal yg disetting berulang2.
Kalau mainan bisa dengan mewarnai misalkan bun. Contohnya lagi waktu surat al fiil,,,kita kasi gambar gajah untuk diwarnai sambil nyebut,,,fiiil : gajah. Dengan anak2 saya terapkan bgtu.atau kalau anak bosan mewarnai kita ajak buat puzzle bentuk gajah, lalu diajak cerita. Idealnya memang kita memahami makna ayat yg akan dihafalkan , agar ga mati gaya buat ngonsep ke dalam bntuk permainan ya mom.
Tanya❓
Bu, anak saya 2,5 tahun kemampuan bicarany sudah lumayan..
Qira2 hal yg bisa saya lakukan untuk memulai mengenalkan Al-Quran?jika saya baca dihadapan nya tentuny dia marah karena merasa dicuekin..
Bgaimana cara mmbuat anak qt ketertarikan nya tinggi terhadap Al-Quran?
Jawab ✅
Seperti di atas di pertanyaan bund hariny, kita perlu menyiapkan anak untuk ready dengan alQuran. Salah satu caranya memutarkan murottal alQuran via hp atau lainnya dan volumenya dibesarkan ya bun,jadi walaupun anak sedang main, dia tetap enjoy dengan alQuran, awalnya dia hanya mendengar,selanjutnya mulai ngoceh ngikutin akhir ayat,in sya Allah lama kelamaan dia lebih siap kalau diajak duduk serius menghafal alQuran. Memang susah kalau mau langsung diajak serius sejak awal, biasanya anak akan lari2.
Tanya❓
Assalamu'alaykum
Anak saya tampaknya menikmati banyak hal: hafalan quran, luar angkasa/alam raya,dinosaurus, hiu, konstruksi, bahasa, dan berbagai jenis kendaraan. bagaimana kita bisa mengetahui hal yang paling dia sukai?
Hatur nuhuuun kiki emoticon
Jawab ✅
Waalaikumsalam
Itu memang hal biasa bagi anak2 ya bun, penasaran dengan banyak hal dan ingin mencoba banyak hal. Suka bermain, penasaran dengan apapun yang dilihatnya baru. Karena anak2 memang identiknya bgtu, suka bermain, bahkan 24 jam waktunya kalau kita izinkan dia ingi trus bermain.
Jadi sebenarnya semua itu dia sukai, luar angkasa, alam raya, dinosaurus,dll. Nah, semua kesukaannya ini pelan2 akan bergeser seiring bertambahnya usia. Peran kita sebagai orangtua mengarahkan kesukaan2 anak pada hal yang positif, terkhsus di hafalan alQurannya. Kita mengarahkan agar kegemarannya menghafal tdk terputus dengan kegemarannya terhadap hal lain, karena alQuran itu bun, kalau sekali ditinggalkan akan sulit untuk memulainya lagi.
☀ Kesimpulan ☀
Bunda salihat,
Anak adalah amanah yang dititipkan Allah untuk kita, ia punya hak untuk dididik dengan baik, termasuk mengajarkannya alQuran. Memang di awal mungkin kita kelimpungan dengan sikap anak yang agak cuek kalau diajak ke alQuran, tapi disitulah Allah sedang menguji keikhlasan dan kesiapan kita. Karena sebenarnya usaha kitalah yang Allah beri balasan, bukan hanya pada hasilnya.
So, dont be sad, kalau suatu waktu kita sudah mencoba usaha yang sama namun hasilnya berbeda. In sya Allah, Allah sudah melihat usaha kita. Yang penting kita tetap berusaha untuk mendidik anak kita sebaik mungkin dan mengajarkannya alQuran.
Wallahu a'lam
Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhaduan laa ilaa ha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaiih


HSMN : Mengoptimalkan Otak Anak untuk Hafal Quran

Agar Nasehat Untuk Anak Bekerja Dahsyat (2)

0



Bagian 2..
(Belajar dari Luqman)

Kembali tentang nasehat Luqman. Belajar darinya. Kita sering kali langsung masuk ke dalam isi nasehat yang berharga itu. Tetapi sesungguhnya ayat memulai dengan kunci penting tentang pendidikan anak. Sebelum bicara tentang isi nasehat. Dari sekian banyak interaksi orang tua dengan anaknya bisa berupa bicara, memandang, senyum, menyentuh, mengusap, dan sebagainya. Nasehat Luqman menunjukkan mana yang paling istimewa. Dari sekian interaksi antara orang tua dan anaknya, yang paling istimewa untuk pendidikan anak adalahmaudizhah(يعظه)/nasehat dengan lisan.
Maka bicaralah kepada anak dengan cara menasehati. Nasehat bukanlah sekadar kata perintah dan larangan. Ia bisa berisi perintah dan larangan seperti nasehat Luqman sendiri. Tetapi perintah dan larangan yang kaya dengan rasa dan ruh.
Kita harus membedakan antara nasehat dan marah. Nasehat dan hanya instruksi. Nasehat dan serba larangan. Nasehat dan membongkar aib. Walau nasehat bisa berisi perintah, larangan dan membenahi aib.
Keberhasilan Luqman mengubah anaknya menjadi baik, karena yang keluar dari lisannya adalah nasehat. Kalimat (وهو يعظه/dan dia sedang menasehatinya) terletak setelah Allah menyebutkan (ولقد آتينا لقمان الحكمة/Sungguh telah Kami berikan kepada Luqman Al Hikmah).
Sekali lagi, inilah rahasia kesuksesan kalimat-kalimat Luqman untuk anaknya. Nasehat Luqman berawal dari Al Hikmah yang dianugerahkan kepadanya.
Ibnu Mushtafa (w: 1306 H) berkata tentang hikmah: Lisan yang berucap kebenaran, fisik yang mampu mengingkari dan anggota tubuh yang bergerak. Jika bicara, bicara dengan hikmah. Jika berpikir, berpikir dengan hikmah. Jika bergerak, bergerak dengan hikmah. (Lihat Al Qiyam At Tarbawiyyah Al Mutadhamminah fi Surati Luqman, Abdul Aziz Abdul Muhsin Muhammad)
Untuk lebih jelas memahami bagaimana Luqman sebagai seorang ayah, Ibnu Katsir meriwayatkan dari Abu Darda’ radhiallahu anhu yang menyampaikan tentang Luqman,
“Ia tidak diberi seperti yang lain. Tidak keluarga, tidak harta, tidak keluarga terpandang dan tidak modal kebesaran. Tetapi ia adalah orang yang tegas, pendiam, panjang berpikirnya, dalam analisanya.....ia tidak mengulangi kalimatnya kecuali dengan kalimat yang mengandung hikmah yang akan diulangi oleh orang lain.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menafsirkan Al Hikmah dengan: pemahaman, ilmu dan cara menyampaikan. Kalimat-kalimat Luqman gabungan dari ketiganya. Pemahaman yang dalam, ilmu yang mumpuni dan cara menyampaikan yang tegas, lembut tetapi penuh perenungan.
Dan begitulah seharusnya kita menjadi orangtua. Jika ingin nasehat bekerja dahsyat pada anak-anak kita, maka jadilah orangtua yang memiliki Al Hikmah. Al Hikmah ini adalah anugerah Allah seperti dalam ayat tentang Luqman tersebut, hasil dari kesholihannya. Maka kesholihan orang tua akan menuntun lisannya untuk mengucapkan hikmah. Mendekat kepada Allah memastikan lisan, hati dan perbuatan akan ditaburi dengan hikmah. Yang keluar dari lisannya bukan sumpah serapah, hanya kata perintah atau serba larangan. Bukan juga lisan yang hanya mengalirkan sumbatan amarah di hati. Tetapi lisan yang menyampaikan ilmu baik yang tersimpan di akal, kelembutan rasa, dan kedalaman ruh yang ada di hati. Lisan yang menyampaikan dengan bahasa lugas bahkan tegas tetapi bertabur kelembutan bahkan keindahan.

Jangan Kalah dari Iblis
Iblis adalah musuh nyata anak cucu Adam. Korbannya, bapak manusia itu berikut istrinya. Bagaimana Adam dan istrinya bisa tertipu oleh Iblis, padahal keduanya telah diberi panduan dan peringatan langsung oleh Allah yang memberi keduanya kenikmatan surgawi.
Inilah kunci ‘keberhasilan’ Iblis,
وقاسمها إني لكما لمن الناصحين
Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua" (QS. Al A’raf: 21)
Iblis yang jelas-jelas musuh mencoba mendekat dengan meyakinkan bahwa dirinya bukanlah musuh. Tetapi pemberi nasehat. Dia hadir bak pahlawan yang membawa kasih sayang dengan untaian kalimat penuh makna.
Bahkan Iblis bersumpah untuk semakin meyakinkan itu. Bahwa ia benar-benar tulus untuk menasehati. Ia bersumpah tidak akan mencelakai tetapi akan menolong dan menunjuki sebuah rahasia kebesaran dan kebahagiaan.
Kalimat jahat Iblis berbungkus nasehat, mampu mengubah. Mengubah kebenaran yang ditunjukkan Allah kepada Adam agar jangan mendekati pohon yang ditunjuk agar tidak menjadi orang yang dzalim. Inilah kalimat Iblis yang mampu menggoyahkan Adam dan istri,
وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (Qs. Al A’raf: 20)
Kalimatnya jelas, baik, lugas dan menyampaikan sebuah kebaikan dan kebesaran. Tawaran kebesaran dan kebahagiaan Iblis inilah yang mampu membuat Adam lupa akan larangan Rabb nya.
Mengapa kalimat Iblis efektif?
Karena disampaikan dengan cara menasehati.
Bukan sekadar memerintah untuk melanggar: Dekati saja pohon itu!
Tidak juga dengan memarahi: Mengapa kamu mau menjadi orang bodoh yang mau dilarang-larang!
Tidak menampakkan permusuhan walau ia musuh. Tetapi menampakkan diri sebagai orang dekat yang mengasihi.
Dengarkan sekali lagi kalimat Iblis yang ‘menasehati’,
"Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
Kini, tahukah kita mengapa Iblis ‘berhasil’ mengubah?
Cara Iblis ini selalu menjadi jalan yang ditempuh oleh para pelaku kejahatan dan kerusakan untuk merayu korbannya. Mereka tidak datang dengan wajah menyeramkan dengan aroma busuknya. Tetapi hadir sebagai penolong, pengasih yang berucap dengan kalimat penuh makna, lembut, empati dan menyampaikan jalan kebesaran serta menawarkan kebahagiaan yang lebih besar.
Begitulah,
Para orang tua jangan kalah dari Iblis
Dan
Belajarlah dari Luqman, bahwa kalimat harus nasehat.

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com