Kamis, 09 April 2015

Resume Diskusi Grup 1 HSMN (18 Februari 2015)

0


Resume Diskusi Grup 1 HSMN (18 Februari 2015)
📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚

Tema : Mengoptimalkan Otak Anak untuk Hapal Al Qur anNarasumber : Bhara Widiastuti dan Utadzah Fasiha (pelaku homeschooling)



Notulen : Syarifatun Nisa NH
📚📚📚📚📚📚📚📚📚📚
Prolog
Bismilahirrohmanirrohim
Terimakasih bunda2 semuanya sudah ngasih saya kesempatan belajar bersama di grup ini.
Alhamdulillah, saya bisa belajar lebih banyak di komunitas homeschooling
Diskusi sebelumnya di HS bogor saya diberi tema yg kurang lebih sama dengan tema diskusi kita sekarang.
Waktu itu saya sedikit mengulas tentang sejarah hidup imam syafii.
Saya pernah menyampaikan materi homeschooling untuk ibu2 komunitas Indonesia di Mesir, waktu itu saya mencoba memberikan alternatif pendidikan untuk anak2 komunitas indonesia di sana. Salah satu alasan saya menyampaikan materi tersebut, karena saya melihat suasana belajar anak2 di sana kurang kondusif.
Ada dua pilihan, menyekolahkan anak2 di sic ( sekolah indonesa cairo) jaraknya jurang lebih 1 jam perjalanan dari pemukiman rata2 wni di cairo dengannjemputan sekolah yang hampir selalu kelebiham muatan, jadi ada beberapa mrid yang harus menggunakan kendaraan umum dengan waku tempuh lehuh dari 1 jam, angkot (versi mesir) sambung metro yg penuh sesak, sambug angkot lagi. Pilihan kedua sekolah mesir dengan resiko beda budaya dan kebiasaan.
Saat itu saya menyampaikan alternatif homeschooling dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Saya melihat kapasitas ibu2 disna sangat memadai untuk melakukan hs untuk putra2nya. Hanya memang ada kekhawatiran masalah legalitas dsb karena ibu2 disana belum familiar dan belum faham seluk beluk hs. Intinya memang perlu edukasi dan pendampingan ya
Kembali ke materi kita hari ini ya. Saya akan sedikit mengulas sejarah hidup imam syafii.
Sebagaimana kita ketahui, di usia yang sangat dini imam syafii sudah hafidz 30 juz, dan menjadi imam masjidil harom di mekkah. Padahal imam syafii yatim sejak kecil.Saya ringkas di tulisanmya di bawah ini ya .....
Ibu2 sholihat yang dirahmati Allah.
Kita mulai dengan menyimak biografi Ibunda Imam Syafii. Imam syafii sudah yatim sejak kecil. Beliau bersama ibunya tinggal di mekkah di suatu tempat yg dikenal drngan nama Syi'bu al. Khaif.
Pada usia kurang dari 15 tahun Imam Syafii meminta izin kepada ibunya untuk pergi menimba ilmu di luar kota mekkah...
Awalnya sang ibu keberatan dengan keinginan beliau sehingga Syafii kecil memutuskan untuk memendam keinginannya belajar di luar mekkah karena tidak mendapatkan restu dari ibunda .
Meskipun demikian , karena melihat kesungguhan dan keyakinan imam syafii, sang ibu akhirnya memberikan restu kepada imam syafii untuk pergi belajar.
Dalam tulisan lain disebutkan Syafii kecil meninggalkan kota mekkah di usia 9 tahun...
Saat meninggalkan mekkah, beliau sudah hafal Al quran, dan dalam perjalanan ke madinah beliau mengkhatamkan alquran sebanyak 16 kali.
Setahun di madinah , beliau sudah berhasil mrnghafalkan kitab al muwatha' karya Imam Malik yang berisi 1.720 hadist pilihan. Banyak lagi prestasi beliau yang luar biasa sehingga pada usia 15 tahun sudah menduduki jabatan sebagai Mufti sekembalinya ke makkah setelah belajar di madinah beberapa tahun.
Menarik buat saya pribadi, melihat sejarah kehidupan Imam syafii. Saya bertanya2 : ibu seperti apa yang berhasil mendidik putranya sedemikian hebat dalam keadaan tidak memiliki suami 
Sehingga Imam syafii tumbh menjadi anak yang cerdas, mandiri, tangguh, bertanggungjawab, dan dapat dipercaya (kok mirip dasa darma pramuka ya )
Silahkan ibu2 yg sholihat kita diskusikan model pendidikan seperti apa yang di terapkan oleh ibunda Imam syafii.
Dari sejarah singkat imam syafii tersebut, bisa kta lihat peran ibu yang luar biasa. Mendampingi putranya tanpa suami. Sehingga sejak kecil imam syafii sudah dikenal sebagai anak yang cerdas dan menonjol kekimuannya. Semangat belajarnya tinggi. Cerdas, Kreatif, dan suka 'ngajarin' anak2 sebayanya lho
Di saat anak2 lain mungkin masih manja, cengeng, dan belum mandiri, imam syafii justru sebalik.ya.
Jadi memang kunci sukses imam syafii ada pada ibunya, beliau memiliki 'visi' menjadikan anaknya seorag yg berilmu dan bertaqwa. Sehingga imam syafii tumbuh menjadi sosok seperti yang kita kenal sekarang
Tanya Jawab ✅
Tanya
Setelah ibu Imam Syafii pny visi spt di atas,apa saja yg dilakukan beliau, yang bisa kita tiru?padahal saingan kita sekarang banyak, salah 1 nya adalah gadget.
Jawab ✅
Bismillahirrahmanirrohim
Beberapa hal penting yang dilakukan ibunda Imam syafii, adalah :
1. Ibunda Imam syafii senantiasa mendoakan dan memasrahkan penjagaan putranya kepada Allah.
Bahkan setelah Imam syafii besar, sudah hafidz, dan sudah dikenal banyak orang sbg orang berilmu , ibunda tap mendoakan beliau.
Salah satu doa yang dipanjatkan beliau ketika imam syafii berpamitan untui pergi keluar kota mekkah dan belajar di madinah "Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam, ankku ini akan meninggalkan aku berjalan jauh menuntut ilmu peninggalan utusan-Mu, oleh karena itu aku mohon kepada-Mu permudahlah urusannya, peliharalah keselamatannya , panjangkanlah umurnya, agar aku dapat melhatnya ketika pulang nanti , dadanya penuh dengan ilmu yang menambah kecintaannnya kepada -Mu.
Ibu2 sholihat, mari kita perhatikan redaksi doa ibunda Imam Syafii ini. Disana berpadu visi, kesungguhan, kepasrahan kepada Allah dan ketawadhuan.
Saat itu beliau telah berhasil mendidik putranya menjadi sosok yang dihormati penduduk mekkah, etapi tidak nampak kesombongan dan rasa ujub bahwa semua tu adalah buah dari perjuangan beliau mendidik putranya tampa suami. Melainkan atas pemberian dan kasih sayang Allah.
Semua keberhasilan Imam syafii merupakan pemberian dari Allah swt.
2. Salah satu kunci sukses ibunda imam syafii yang lain adalah kreatifitas. Kehidupan Imam syafii saat iu bersama ibunda, bisa dikatakan jauh dari kemewahan
Malah mereka hidup dalam kemiskinan dan kekurangan.
Meskipun demikian keadaan tersebut tidak menjadikan ibunda imam syafii minder atau terpuruk dalam kemiskinan dan menyerah pada keadaan.
Beliau rela mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, tulang belulang unuk menuliskan hadis2 dan ayat demi ayat al quran yang telah dipelajari.
Kita yg hidup di zaman gadget harus meniru metodenya nih, medianya saja yg dirubah, kalo dulu medianya tulang dan pelepah daun, skrg medianya bisa gadget yg diinstal aplikasi2 bermanfaat.
3. Ibunda Imam syafii orang yang sabar dan tangguh. Kita zaman skrg mungkin suami tugas keluar kota atau keluar negeri kelabakan gak jelas Sedangkan beliau sudah (maaf) miskin, tidak punya suami, harus mengurus anak pula
Tanya
Makasih ,sy bisa ambil benang merah dari jawaban ibu,bisa share pengalaman Bu Bhara sendiri dalam mengoptimalkan otak anak2 utk mempelajari n hafal quran?
Jawab ✅
Baik mbak....., pertanyaan jebakan nih 😁😃, anak saya belum semuanya hafal quran mbak, yang besar baru mau sertifikasi untuk mendapatkan sanad, anak saya yg kedua dah ketiga juga belum 😭. Gak cocok kalo yg dicontohkan anak2 saya....., kalo boleh saya contohkan murid di sekolah saya, sebut saja namanya raka. Jadi dari usaha saya penerbtan alquran, saya merintis sekolah tk, sd , smp yg taglinenya sekolah alquran dan sains.
Dari awal sekolah itu saya rintis Alhamdulillah belum pernah menolak murid, sesuai amanat uud 45 😃, semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Nah saat awal pendirian sekolah, ada satu murid sebut saja raka yang dilingkungannya di cap 'brrmasalah' karena 'abk' entah darimana mereka mendapatkan kesimpulan tsb.
Sejak tk, tk milik saya juga, raka sudah 'susah'. Sering nendang guru, mukul teman, ngeludahin guru dan teman, bantin meja dan kursi, buang makanan temen. Perilaku yg kurang baik ini berlanjut smpai masuk ke sd
[Sampai2 ada beberapa orangtua murid yang komplen dan mengancam akan mengeluarkan anaknya dari sekolah kami.
Saat itu, kami meyakinkan orangtua murid yang lain untuk memberikan 'waktu' buat raka.
Karena kami yakin dengaj pendidikam qurani raka akan bisa berubah.
Hanya saja kami saat itu memang menjanjikan jika sampai akhir tahun tetap tidak ada perubahan maka terpaksa kami akan mengembalikan raka ke orangtuanya.
Hari demi hari berjalan..
Setiap hari sebelum anak2 datang, guru2 sudah datang di sekolah dan memutarkan murottal dari cd seuungga ketika anak2 datang mereka langsung mendengarkan bacaan al quran. Dalam satu hari ada 4 waktu khusus mengulang hafalan dengan metode mengulang, 1. Pembukaan kelas, 2 menjelang istirahat dan sholat dzuhur, 3, sholat dzuhur 4, sebelum pulang.
Singkatnya setelah beberapa saat sering diperdengarkan bacaan alquran dah menyulang2 hafalan, pelaham tapi apsti banyak perubahan signifikan. Skrg raka sudah kelas lima dan dalam proses menghafal juz 28. Walaupun lebih lambat dari teman2nya
Tapi untuk seorang raka yang hasil psikotes awal below border line itu sangat luar biasa. Dan itu hasil belajar di sekolaH.
Karena orantuanya tipe ortu yanh cuek : bayar sekolah sering nunggak dan krang faham kebutuhan anak.
Saat awal2 masuk sekolah raka sudah pegang tab Dan pintar memainkan game2. Alhamdulillah skrg sudah jauh berkurang Garis bawahnya.
Perubahan raka yg signifikan karena pengaruh pendidikan di sekolah yang notabene orang asing dan doanya tidak semustajab ibu kandung. Apalagi jika kita sebagai ibu kandug melakukan apa yg dilakukan guru2 raka di sekolah hasilnya pasti lebih dari pencapaian raka.
Kebahagiaan kta sebgi orngtuapun pasti lebih besr karen yang kta didik adalah anak2 kandung kita sendiri yang akan mendoakn dan menjadi menjadi saksi di akhirat nanti
Tanya❓
Bu bagaimana kita mendidik anak kita hafal alquran tanpa mengurangi hak bermain anak anak, karena shalatpun mulai di perintah Allah dikenalkan sejak usia 7 th dan jadi wajib menginjak usia 10 th, dan bagaimana jika si anak terlihat ogah ogahan menghafal ?
Karena ada beberapa pendapat bahwa anak adalah fitrah, tak usah di rangsang atau distimulus apapun karena semua sudah wellinstaled hanya perlu imaji positif dan keteladanan orang tua, tak selamanya lebih cepat lebih baik,
Sedangkan pendapat yang lain anak anak harus dibiasakan berfikir dan sditimulasi sejak dini agar sel sel syarafnya tersambung sempurna, distimulasi lewat permainan mengedukasi dan lain lain, bagaimana pendapat ibu?
Jawab ✅
Baik mbak ratna saya coba sharing pengalaman ibu2 lain yang sudah berhasil mendidik anak saya belajar dari ibu2 tersebut bebberapa hal :
1. Konsistensi, karena anak usia dini menyukai keteraturan, artinya kta sbg orang dewasa yg harus mendidik diri kita lebih dahulu.
2. Metode yang dipilih tidak memaksa, tidak mengitimidasi apalagi sampai membuat anak tertekan. Target kita apa? Anak kita hafal alqurankah atau anak kita hafal dan mengamalkan alquran?
Dari situ bisa kita breakdown, kalo hanya sekedar membuat anak kita hafal alquran, kemungkinan besar itu akan membuat kita berorientasi pada hasil dan bukan pada prosesnya.
Sebaliknya jika kita berorientasi proses, berapapun capaian kita dan anak kita dan menghadirkan alquran itu tidak menjadi masalah sehingga kita lebih 'ramah' kepada anak ketika menjalankan 'program ini'.
Kalau target saya anak saya hafal al quran karena kecintaanya kepada Allah bu, penginnya tanpa paksaan meski secara halus, kalo menurut ustafz abdul aziz abd rauf al hafidz, salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan anak kta dalam mengahfl alquran adalah teladan dari orangtuanya 😭
Wallahu a'lam bishshowwab
☀ Kesimpulan ☀
Ini benang merah dari sukses imam syafii di atas, ibunda menjadi contoh yang nyata kecintaan terhadap alquran dan ilmu pengetahuan menjadikan Imam syafii sosok yang mecintai alquran dan ilmu pengetahuan.
💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠
Diskusi sesi 2 bersama Ustadzah Fasiha.
💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠
Prolog
Assalamualaikum ibu2 semua
Senang bisa berdiskusi di sini..
Berbicara tentang menghafalkan AlQuran untuk anak, saya selalu terinspirasi dari seorang bapak warga negara Mesir yang bernama Kamil Labudi.
Ketiga orang anaknya mengkhatamkan hafalan alQurannya di usia 4,5 tahun,masyaAllah, luar biasa ya. Anak pertamanya bernama Tabarak, yg kedua Yazid, dan yang ketiga zeina.
Ketiga anak ini mengkhatamkan hafalannya di rumah bersama ibu dan bapaknya secara bergantian.
Saya sempat beberapa kali bertemu dengan keluarga ini, dan akhirnya saya mengambil kesimpulan, bahwa untuk menjadikan dan melatih anak menghafal alQuran, perlu kerja keras dari orang tua. Ada 3 hal yang pak Kamil lakukan sebelum memulai proses menghafal dengan anak2nya;
1.mengikhlaskan niat karena Allah.serta berdoa dengan sungguh2 mohon bimbingan dari Allah.
2. Menetapkan jadwal rutin setiap hari. Jam berapa hingga jam berapa, sehingga anak sudah tau, kalau waktu tsb tiba, ia harus siap untuk alQuran. Jadi tidak bisa kalau waktu yg sesuka hati.anak mulai diajarkan disiplin dengan alQuran.
3. Menyediakan hadiah sederhana, setiap kali anak selesai duduk menghabiskan timing menghafalnya.
💠💠💠💠💠💠💠💠💠💠
Tanya❓
Adakah ide untuk memberikan hafalan bagi anak 2,10tahun kinestetik?
saya selama ini hanya mengulang2. ngoceh2 sendiri ulang 3-4 hari isinya satu surat aja.
kalau dr versi mainan kira2 bisa ngapain aja ya yg terkait dg hafalan?
mati gaya soalnya saya bu, anak terlalu lincah 🙈
Jawab ✅
Waalaikumsalam. Usia 2 tahunan memang menggunakan metode mendengar dan sdkit mengulang ya mom.
Selain dengan mengulang2 menggunakan lisan, kita juga bisa dengan memutarkan murottal kpd anak2 di rumah.agar telinga mereka terbiasa mendengar terlebih dahulu,agar bahasa alQuran tdk sulit mereka lafalkan.
Tapi harus dengan cara yang teratur,misalkan hari pertama putarkan surat annas berulang2,besoknya lanjut alfalaq,dst.ini diluar bacaan rutin orangtua,.selain kita membacakan untuk anak di waktu tertentu, putarkan juga murottal yg disetting berulang2.
Kalau mainan bisa dengan mewarnai misalkan bun. Contohnya lagi waktu surat al fiil,,,kita kasi gambar gajah untuk diwarnai sambil nyebut,,,fiiil : gajah. Dengan anak2 saya terapkan bgtu.atau kalau anak bosan mewarnai kita ajak buat puzzle bentuk gajah, lalu diajak cerita. Idealnya memang kita memahami makna ayat yg akan dihafalkan , agar ga mati gaya buat ngonsep ke dalam bntuk permainan ya mom.
Tanya❓
Bu, anak saya 2,5 tahun kemampuan bicarany sudah lumayan..
Qira2 hal yg bisa saya lakukan untuk memulai mengenalkan Al-Quran?jika saya baca dihadapan nya tentuny dia marah karena merasa dicuekin..
Bgaimana cara mmbuat anak qt ketertarikan nya tinggi terhadap Al-Quran?
Jawab ✅
Seperti di atas di pertanyaan bund hariny, kita perlu menyiapkan anak untuk ready dengan alQuran. Salah satu caranya memutarkan murottal alQuran via hp atau lainnya dan volumenya dibesarkan ya bun,jadi walaupun anak sedang main, dia tetap enjoy dengan alQuran, awalnya dia hanya mendengar,selanjutnya mulai ngoceh ngikutin akhir ayat,in sya Allah lama kelamaan dia lebih siap kalau diajak duduk serius menghafal alQuran. Memang susah kalau mau langsung diajak serius sejak awal, biasanya anak akan lari2.
Tanya❓
Assalamu'alaykum
Anak saya tampaknya menikmati banyak hal: hafalan quran, luar angkasa/alam raya,dinosaurus, hiu, konstruksi, bahasa, dan berbagai jenis kendaraan. bagaimana kita bisa mengetahui hal yang paling dia sukai?
Hatur nuhuuun kiki emoticon
Jawab ✅
Waalaikumsalam
Itu memang hal biasa bagi anak2 ya bun, penasaran dengan banyak hal dan ingin mencoba banyak hal. Suka bermain, penasaran dengan apapun yang dilihatnya baru. Karena anak2 memang identiknya bgtu, suka bermain, bahkan 24 jam waktunya kalau kita izinkan dia ingi trus bermain.
Jadi sebenarnya semua itu dia sukai, luar angkasa, alam raya, dinosaurus,dll. Nah, semua kesukaannya ini pelan2 akan bergeser seiring bertambahnya usia. Peran kita sebagai orangtua mengarahkan kesukaan2 anak pada hal yang positif, terkhsus di hafalan alQurannya. Kita mengarahkan agar kegemarannya menghafal tdk terputus dengan kegemarannya terhadap hal lain, karena alQuran itu bun, kalau sekali ditinggalkan akan sulit untuk memulainya lagi.
☀ Kesimpulan ☀
Bunda salihat,
Anak adalah amanah yang dititipkan Allah untuk kita, ia punya hak untuk dididik dengan baik, termasuk mengajarkannya alQuran. Memang di awal mungkin kita kelimpungan dengan sikap anak yang agak cuek kalau diajak ke alQuran, tapi disitulah Allah sedang menguji keikhlasan dan kesiapan kita. Karena sebenarnya usaha kitalah yang Allah beri balasan, bukan hanya pada hasilnya.
So, dont be sad, kalau suatu waktu kita sudah mencoba usaha yang sama namun hasilnya berbeda. In sya Allah, Allah sudah melihat usaha kita. Yang penting kita tetap berusaha untuk mendidik anak kita sebaik mungkin dan mengajarkannya alQuran.
Wallahu a'lam
Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhaduan laa ilaa ha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaiih


HSMN : Mengoptimalkan Otak Anak untuk Hafal Quran

Agar Nasehat Untuk Anak Bekerja Dahsyat (2)

0



Bagian 2..
(Belajar dari Luqman)

Kembali tentang nasehat Luqman. Belajar darinya. Kita sering kali langsung masuk ke dalam isi nasehat yang berharga itu. Tetapi sesungguhnya ayat memulai dengan kunci penting tentang pendidikan anak. Sebelum bicara tentang isi nasehat. Dari sekian banyak interaksi orang tua dengan anaknya bisa berupa bicara, memandang, senyum, menyentuh, mengusap, dan sebagainya. Nasehat Luqman menunjukkan mana yang paling istimewa. Dari sekian interaksi antara orang tua dan anaknya, yang paling istimewa untuk pendidikan anak adalahmaudizhah(يعظه)/nasehat dengan lisan.
Maka bicaralah kepada anak dengan cara menasehati. Nasehat bukanlah sekadar kata perintah dan larangan. Ia bisa berisi perintah dan larangan seperti nasehat Luqman sendiri. Tetapi perintah dan larangan yang kaya dengan rasa dan ruh.
Kita harus membedakan antara nasehat dan marah. Nasehat dan hanya instruksi. Nasehat dan serba larangan. Nasehat dan membongkar aib. Walau nasehat bisa berisi perintah, larangan dan membenahi aib.
Keberhasilan Luqman mengubah anaknya menjadi baik, karena yang keluar dari lisannya adalah nasehat. Kalimat (وهو يعظه/dan dia sedang menasehatinya) terletak setelah Allah menyebutkan (ولقد آتينا لقمان الحكمة/Sungguh telah Kami berikan kepada Luqman Al Hikmah).
Sekali lagi, inilah rahasia kesuksesan kalimat-kalimat Luqman untuk anaknya. Nasehat Luqman berawal dari Al Hikmah yang dianugerahkan kepadanya.
Ibnu Mushtafa (w: 1306 H) berkata tentang hikmah: Lisan yang berucap kebenaran, fisik yang mampu mengingkari dan anggota tubuh yang bergerak. Jika bicara, bicara dengan hikmah. Jika berpikir, berpikir dengan hikmah. Jika bergerak, bergerak dengan hikmah. (Lihat Al Qiyam At Tarbawiyyah Al Mutadhamminah fi Surati Luqman, Abdul Aziz Abdul Muhsin Muhammad)
Untuk lebih jelas memahami bagaimana Luqman sebagai seorang ayah, Ibnu Katsir meriwayatkan dari Abu Darda’ radhiallahu anhu yang menyampaikan tentang Luqman,
“Ia tidak diberi seperti yang lain. Tidak keluarga, tidak harta, tidak keluarga terpandang dan tidak modal kebesaran. Tetapi ia adalah orang yang tegas, pendiam, panjang berpikirnya, dalam analisanya.....ia tidak mengulangi kalimatnya kecuali dengan kalimat yang mengandung hikmah yang akan diulangi oleh orang lain.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menafsirkan Al Hikmah dengan: pemahaman, ilmu dan cara menyampaikan. Kalimat-kalimat Luqman gabungan dari ketiganya. Pemahaman yang dalam, ilmu yang mumpuni dan cara menyampaikan yang tegas, lembut tetapi penuh perenungan.
Dan begitulah seharusnya kita menjadi orangtua. Jika ingin nasehat bekerja dahsyat pada anak-anak kita, maka jadilah orangtua yang memiliki Al Hikmah. Al Hikmah ini adalah anugerah Allah seperti dalam ayat tentang Luqman tersebut, hasil dari kesholihannya. Maka kesholihan orang tua akan menuntun lisannya untuk mengucapkan hikmah. Mendekat kepada Allah memastikan lisan, hati dan perbuatan akan ditaburi dengan hikmah. Yang keluar dari lisannya bukan sumpah serapah, hanya kata perintah atau serba larangan. Bukan juga lisan yang hanya mengalirkan sumbatan amarah di hati. Tetapi lisan yang menyampaikan ilmu baik yang tersimpan di akal, kelembutan rasa, dan kedalaman ruh yang ada di hati. Lisan yang menyampaikan dengan bahasa lugas bahkan tegas tetapi bertabur kelembutan bahkan keindahan.

Jangan Kalah dari Iblis
Iblis adalah musuh nyata anak cucu Adam. Korbannya, bapak manusia itu berikut istrinya. Bagaimana Adam dan istrinya bisa tertipu oleh Iblis, padahal keduanya telah diberi panduan dan peringatan langsung oleh Allah yang memberi keduanya kenikmatan surgawi.
Inilah kunci ‘keberhasilan’ Iblis,
وقاسمها إني لكما لمن الناصحين
Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua" (QS. Al A’raf: 21)
Iblis yang jelas-jelas musuh mencoba mendekat dengan meyakinkan bahwa dirinya bukanlah musuh. Tetapi pemberi nasehat. Dia hadir bak pahlawan yang membawa kasih sayang dengan untaian kalimat penuh makna.
Bahkan Iblis bersumpah untuk semakin meyakinkan itu. Bahwa ia benar-benar tulus untuk menasehati. Ia bersumpah tidak akan mencelakai tetapi akan menolong dan menunjuki sebuah rahasia kebesaran dan kebahagiaan.
Kalimat jahat Iblis berbungkus nasehat, mampu mengubah. Mengubah kebenaran yang ditunjukkan Allah kepada Adam agar jangan mendekati pohon yang ditunjuk agar tidak menjadi orang yang dzalim. Inilah kalimat Iblis yang mampu menggoyahkan Adam dan istri,
وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (Qs. Al A’raf: 20)
Kalimatnya jelas, baik, lugas dan menyampaikan sebuah kebaikan dan kebesaran. Tawaran kebesaran dan kebahagiaan Iblis inilah yang mampu membuat Adam lupa akan larangan Rabb nya.
Mengapa kalimat Iblis efektif?
Karena disampaikan dengan cara menasehati.
Bukan sekadar memerintah untuk melanggar: Dekati saja pohon itu!
Tidak juga dengan memarahi: Mengapa kamu mau menjadi orang bodoh yang mau dilarang-larang!
Tidak menampakkan permusuhan walau ia musuh. Tetapi menampakkan diri sebagai orang dekat yang mengasihi.
Dengarkan sekali lagi kalimat Iblis yang ‘menasehati’,
"Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".
Kini, tahukah kita mengapa Iblis ‘berhasil’ mengubah?
Cara Iblis ini selalu menjadi jalan yang ditempuh oleh para pelaku kejahatan dan kerusakan untuk merayu korbannya. Mereka tidak datang dengan wajah menyeramkan dengan aroma busuknya. Tetapi hadir sebagai penolong, pengasih yang berucap dengan kalimat penuh makna, lembut, empati dan menyampaikan jalan kebesaran serta menawarkan kebahagiaan yang lebih besar.
Begitulah,
Para orang tua jangan kalah dari Iblis
Dan
Belajarlah dari Luqman, bahwa kalimat harus nasehat.

Agar Nasehat Untuk Anak Bekerja Dahsyat

0



Bagian 1..
(Belajar dari Luqman)

Mengajari seorang anak dengan target tertentu bisa menggunakan banyak cara. Bisa dengan menasehati, menceramahi, menegur dengan lisan atau perbuatan, menghukum, dan sebagainya.
Luqman adalah potret penting dalam Al Quran yang digambarkan sebagai sosok penuh ilmu dan hikmah. Nasehatnya sebagai ayah kepada anaknya adalah satu-satunya yang diabadikan dalam Al Quran. Dari sekian banyak nasehat yang bertebaran untuk mendidik anak, ternyata hanya nasehat manusia biasa ini yang diabadikan, maka tentu ia mempunyai nilai istimewa.
Tentu, salah satu tolok ukur keistimewaannya adalah ketika rangkaian kalimat Luqman ini berhasil mengubah anaknya.
Bukankah hari ini banyak orangtua yang mengeluh tentang kalimat-kalimatnya yang nyaris tidak bekerja pada anaknya? Mereka merasa telah banyak menasehati tetapi mengapa tidak ada yang sekadar singgah di hati anaknya. Apatah lagi mengubah mereka untuk lebih baik.
Di sinilah seharusnya kita semua belajar kepada Luqman dalam rangkaian kalimatnya. Karena sekali lagi, nasehat Luqman adalah nasehat yang mampu mengubah.
Jumhurahli tafsir berkata: Sesungguhnya anak Luqman dulunya musyrik. Luqman terus menasehatinya hingga ia beriman hanya kepada Allah saja.
Bisa jadi anak Luqman dahulunya beragama dengan agama masyarakatnya di Sudan. Ketika Allah memberikan kepada Luqman Al Hikmah dan Tauhid, anaknya tidak mau mengikutinya. Maka Luqman terus menasehatinya, hingga ia mau mengikuti tauhid. (Ibnu Asyur dalam At Tahrir Wat Tanwir)
Di mana rahasianya?
Mari kita perhatikan kalimat-kalimat ayat sebelum isi nasehat disampaikan, karena di situ kuncinya,
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (12)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13)
(12) Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
(13) Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(Qs. Luqman)
Inilahdua ayat yang mengawali nasehat-nasehat Luqman. Ada dua pelajaran penting yang harus dilakukan orangtua, jika ingin nasehatnya memiliki dampak dahsyat pada anaknya.
  1. Orangtua memiliki hikmah dan pandai bersyukur
  2. Menasehati dengan nasehat yang sesungguhnya
Tulisan ini membahas poin yang pertama. Poin pertama ini ada dua hal:
Pertama, Hikmah
Kedua, Syukur
Kedua hal ini harus dimiliki orangtua sebelum menasehati anaknya. Ingat, sebelum menasehati anaknya!
Tapi apa itu hikmah?
Ibnu Katsir –rahimahullah- menjelaskan,
“Pemahaman, Ilmu dan kalimat bertutur.”
Siapapun yang menalaah kalimat-kalimat Luqman kepada anaknya, bisa mengetahui bahwa Luqman mempunyai ketiganya dengan sangat baik dan mendalam. Karenanya Luqman mempunyai modal besar untuk nasehatnya bekerja dengan dahsyat pada anaknya, hingga sang anak berubah menjadi manusia betauhid.
Pemahaman. Inilah pentingnya orangtua menjadi orang yang terus belajar dan mengasah otaknya agar memiliki pemahaman yang baik terhadap segala permasalahan. Sayangnya, kecerdasan orangtua hari ini hanya dibayangkan untuk pekerjaannya. Tidak untuk anak-anaknya. Karenanya, banyak para wanita yang merasa gagal ketika sekolah sampai jenjang tinggi tetapi ‘hanya’ mengasuh anak di rumah. Hingga muncul kalimat di masyarakat: buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya hanya di rumah.
Kini, dengan pembahasan ini kita paham di mana letak kegagalan rumah tangga. Mereka tidak memperlakukan keluarganya seperti memperlakukan pekerjaannya. Maksimal di pekerjaan, tetapi sekadarnya di rumah. Tampil paling cerdas dengan pemahaman istimewa di pekerjaannya, tetapi hilang logika dan kecerdasannya untuk mengasuh anak-anak.
Ilmu. Dengan pemahamanlah ilmu bisa terus berputar dan menghasilkan. Pemahaman dan ilmu saling menopang. Ilmu perlu pemahaman yang baik dan pemahaman bisa terus terasah jika berilmu terus menerus dengan baik. Semua ilmu yang baik, pasti dan harus bermanfaat untuk mendidik anak.
Jangan merasa rugi berilmu tinggi dalam rangka mendidik anak. Jangan bakhilbelajar ilmu untuk mendidik anak.
Karena tanpa ilmu, kita merasa telah menasehati, padahal tengah membongkar aib anak. Tanpa ilmu kita merasa telah menyayangi, padahal tengah menuruti syahwat anak. Tanpa ilmu kita merasa telah mendidik dengan baik dan benar, padahal tengah lari dari tanggung jawab sebagai orang tua. Tanpa ilmu kita merasa telah menjadi orang tua yang sesungguhnya, padahal kita belum bergeser dari tempat kita duduk sebagai orang tanpa ilmu yang tak pantas menjadi ayah dan ibu untuk anak-anak peradaban.
Kalimat bertutur. Ini berhubungan dengan bahasa dan cara mengungkapkan. Lihatlah sekali lagi. Alangkah pentingnya kecerdasan berbahasa bagi orang tua. Sayang sekali, ketika kemampuan berbahasa yang baik, benar dan santun hanya untuk klien pekerjaan saja. Tetapi semua kaidah bahasa itu tiba-tiba menjadi berantakan ketika bertemu anak-anak.
Orang tua harus menguasai benar cara mengungkapkan dan menyampaikan sesuatu. Dengan bahasa yang biasa digunakan untuk berkomunikasi di rumahnya. Jika harus dengan Bahasa Indonesia, maka berbahasa Indonesia lah yang benar dan baik. Jika dengan bahasa daerah, maka berbahasa daerahlah yang baik dan benar. Jika dengan bahasa lain, pun demikian. Cara bertutur, dalam bahasa kita tak hanya masalah kaidah, tetapi juga masalah intonasi. Kita harus paham, tema apa yang akan disampaikan dengan pilihan kata dan dengan intonasi seperti apa. Begitu seterusnya, kemampuan bahasa harus dimiliki oleh para orangtua agar nasehat bisa bekerja baik dalam kehidupan anak-anak.
Contoh aplikatif. Jika orangtua ingin menanamkan tentang kejujuran. Maka orangtua harus menguasai benar tentang tema kejujuran ini. Memahaminya dengan baik dari berbagai sisinya dengan ilmu. Bukan hanya definisi jujur. Tetapi berikut segala hal yang mungkin terjadi setelah orangtua menyampaikan dengan tutur bahasa yang baik dan benar. Contoh, ketika suatu hari anak menyampaikan dengan kejujurannya tentang keinginannya untuk melakukan sebuah dosa. Atau terbukti bahwa ia tidak jujur tetapi karena tekanan yang dialaminya. Semua ini memerlukan pemahaman, ilmu dan cara bertutur yang baik dan benar. Sehingga tidak salah dalam bersikap.
Itulah yang dikuasai Luqman sebelum memulai nasehatnya. Hal ini bisa dipahami dari kata (وإذ قال لقمان)huruf waw di awal ayat ini mengaitkan dengan kalimat di ayat sebelumnya. Sehingga maknanya adalah: Dan Kami telah memberikan kepada Luqman Al Hikmah, ketika itulah ia berkata kepada anaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa Luqman mulai berkata kepada anaknya dalam rangka menasehati, setelah ia diberi Allah Al Hikmah. (Lihat tafsir At Tahrir Wat Tanwir)
Jika orang tua memiliki Al Hikmah dalam mendidik anak, maka sungguh ia telah mendapatkan anugerah sangat amat besar dalam hidupnya. Karenanya, kata setelahnya bagi Luqman adalah perintah kepadanya untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut.
Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata,
“Kami perintahkan untuk bersyukur kepada Allah azza wajalla atas pemberian dan anugerah Allah berupa keutamaan yang khusus diberikan kepadanya dan tidak diberikan kepada anak-anak negerinya dan masyarakat di zamannya.”
Luqman adalah contoh ideal untuk sebuah hikmah. Bagi yang bisa mencapai apa yang dicapai Luqman tentu sebuah kenikmatan yang sangat agung dari Allah. Tetapi setidaknya orang tua terus mencoba hingga memiliki pemahaman, ilmu dan cara bertutur sebelum menasehatkan sesuatu bagi anaknya.
“Ini adalah puncak hikmah, karena mencakup analisa terhadap hakekat dirinya sendiri sebelum menganalisa sesuatu yang lain dan sebelum memberi petunjuk bagi orang lain.” (Ibnu Asyur dalam tafsirnya)
Syukur. Sifat mulia yang menjadi kata yang menggabungkan semua makna hikmah yang telah diberikan Allah kepada Luqman. Menjadi orang tua, harus kaya dengan rasa syukur. Pahamilah tema syukur dan hiaskan itu pada diri kita.
Untuk memahami lebih jelas, maka ketahuilah lawan katanya. Kufur: ingkar nikmat. Mengingkari nikmat, sekaligus akan mengingkari Pemberinya. Nikmat yang sesungguhnya besar, tidak terasa nikmat. Sesuatu yang berkurang sedikit, padahal masih dalam batas kenikmatan besar jika dibandingkan dengan orang di bawahnya, tidak terasa nikmat. Apalagi musibah, padahal masih banyak kenikmatan lain dalam hidupnya. Hidup ini serba kurang, gelisah dan keluh kesah. Padahal jika melihat ke bawah, kita masih jauh lebih baik dari kebanyakan orang yang lain. Karenanya Nabi memerintahkan untuk melihat orang yang dibawah kita secara nikmat agar tidak mudah meremehkan nikmat Allah, sekecil apapun.
Bersyukur kepada Allah, kebaikannya tidak dikirimkan kepada Allah yang disyukuri. Tetapi kembali kepada hamba yang bersyukur itu sendiri. {وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ}
“Sesungguhnya manfaat dan pahalanya kembali bagi mereka yang bersyukur.” (Ibnu Katsir dalam tafsirnya)
Kata (فَإِنَّمَا) semakin menguatkan bahwa kebaikannya syukur itu benar-benar hanya kembali kepada hamba yang bersyukur.
Maka, teruslah memupuk rasa syukur agar ilalang keluh kesah itu perlahan layu dan mati. Untuk menumbuhkan berbagai pohon kebaikan yang lebih manfaat.
Hikmah dan Syukur.
Menjadi orang tua yang memiliki hikmah
Dan
Menjadi orang tua yang pandai bersyukur
Semua kebaikannya akan kembali kepada mereka yang memiliki hikmah dan pandai bersyukur. Di antara kebaikan itu adalah anak-anak yang terus bergerak menuju sebuah perubahan yang baik dari hari ke hari. Dengan panduan nasehat-nasehat.
Bukankah itu harapan kita semua?

Rabu, 08 April 2015

Sepenggal Kata-kata dalam Pengasuhan

0

Assalamuallaikum,

Rekan ayah yang Allah cintai

Sungguh diriku bukanlah orang yang tepat dalam mengungkapkan hal ini, namun dikarenakan ditangan engkaulah, anakmu bersandar teguh dan berfondasi kuat dalam mengarungi kehidupan,

Namun ditangan engkaulah, engkau dapat melihat kehancuran anakmu dikarenakan enggannya dirimu ayah dalam mengasuh anak,

Sungguh diri ini hanya mampu mengingatkan peran Ayah yang memang cukup mempunyai ruang dalam tata letak anak yang engkau cintai, tentunya Ayah yang dirahmati Allah, cukuplah Ayah yang mengejar dunia sekarang kau alihkan duniamu kehadapan anakmu yang memang sedang menuju dunia barunya bimbinglah dia dengan Quran dan Al Hadits, Sapalah dia dengan Surat Luqman dengan Ayat Ketauhidan,

Sungguh Ayah, bebanmu sungguh berat meniti tapak anakmu yang sedang mengarungi dunia penuh fitnah, jembatankanlah anakmu dengan sesungguhnya Islam yang kaffah.

Semoga sepenggal kata ini dapat menyatukan dua dunia antara ayah dan anak menjadi kesatuan yang indah,

Salam -

Luqman Alghifari Hakim - Ayah dari Zahid dan Zahra


luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com